Teladan bagi Anak dan Keturunan sebagai Qurrotua’yun

Teladan bagi Anak dan Keturunan sebagai Qurrotua’yun – dua hal yang didambakan oleh seorang hamba mumin dalam kehidupan-nya, sehingga selalu menjadi ciri doa yang dipanjatkannya kepada Alloh Subhanahu wa Taala.

Alloh Subhanahu wa Taala berfirman:

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا (74)

“(Ibadurrohman), mereka yang berdoa: ‘ya Rob kami, anugerahilah istri-istri kami dan anak keturunan kami sebagai penyejuk jiwa dan jadikanlah kami suri tauladan bagi orang-orang yang bertaqwa”. (Qs. Al-Furqon [25]: 74)

Ada dua hal yang didambakan oleh seorang hamba mumin dalam kehidupan-nya, sehingga selalu menjadi ciri doa yang dipanjatkannya kepada Alloh Subhanahu wa Taala:

1.  Agar keluarganya dan seluruh keturunannya menjadi qurrotu ayun, panyejuk jiwa nan indah dipandang di mata.

Ibnu Abbas rodiyallohu anhuma berkata: “

يَعْنُونَ مَنْ يَعْمَلُ بِالطَّاعَةِ، فتقرُّ بِهِ أَعْيُنُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ.

“(yang dimaksud qurrotu ayun) adalah keluarga yang beramal ketaatan (kepada Alloh), sehingga hal itu membuat kesejukan dalam jiwa suami dan orang tua mereka di dunia dan di akhirat”.

Ikrimah rohimahulloh berkata:

لَمْ يُرِيدُوا بِذَلِكَ صَبَاحَةً وَلَا جَمَالًا وَلَكِنْ أَرَادُوا أَنْ يَكُونُوا مُطِيعِينَ.

“Yang mereka inginkan bukan sekedar keluarga yang cerah dan indah, akan tetapi mereka ingin sekali mereka menjadi orang-orang yang taat kepada Alloh”.

Al-Hasan al-Bashri rohimahulloh berkata saat ditanya tentang ayat di atas:

أَنْ يُري اللَّهُ الْعَبْدَ الْمُسْلِمَ مِنْ زَوجَتِهِ، وَمِنْ أَخِيهِ، وَمِنْ حَمِيمِهِ طَاعَةَ اللَّهِ. لَا وَاللَّهِ مَا شَيْءٌ أَقَرَّ لِعَيْنِ الْمُسْلِمِ مِنْ أَنْ يَرَى وَلَدًا، أَوْ وَلَدَ وَلَدٍ، أَوْ أَخَا، أَوْ حَمِيمًا مُطِيعًا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ.

“Diperlihatkan oleh Alloh untuk sang hamba muslim tentang istrinya, saudaranya dan kerabatnya semua dalam ketaatan kepada Alloh. Demi Alloh, tidak ada yang bisa menyejukkan jiwa sang hamba, indah di pandangannya selain dia melihat anaknya, cucunya, saudaranya atau kerabatnya berada dalam ketaatan kepada Alloh”.

2.  Agar dirinya menjadi suri tauladan ketaqwaan dan kebaikan untuk keluarganya dan semua umat manusia serta menjadi penyeru dan aktifis ketaqwaan dan kebaikan tersebut.

Ibnu Abbas, al-Hasan, Qotadah, Assuddi, ar-Robi bin Anas rohimahu mulloh jamian berkata tentang maksud doa ibadurrohman ‘Jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa’:

أَئِمَّةً يُقْتَدَى بِنَا فِي الْخَيْرِ.

“Para tokoh kebaikan yang digugu atau ditiru”

Sedangkan ulama lain mengatakan:

هُدَاةً مُهْتَدِينَ [وَدُعَاةً] إِلَى الْخَيْرِ، فَأَحَبُّوا أَنْ تَكُونَ عِبَادَتَهُمْ مُتَّصِلَةً بِعِبَادَةِ أَوْلَادِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَأَنْ يَكُونَ هُدَاهُمْ مُتَعَدِّيًا إِلَى غَيْرِهِمْ بِالنَّفْعِ، وَذَلِكَ أَكْثَرُ (6) ثَوَابًا، وَأَحْسَنُ مَآبًا

“Para penyeru dan pembimbing atau dai kebaikan. Mereka sangat senang jika ibadah mereka bersambung terus estafet ke anak-anak mereka dan keturunan mereka. Mereka juga sangat senang kebaikan mereka bermanfaat untuk orang lain, karena semua itu lebih banyak pahalanya dan lebih baik hasil akhirnya nanti yang dia dapatkan”.

(Lihat Tafsir Ibnu Katsir: 6/132-133, Tafsir at-Thobari: 13/318 dan ad-Durrul Mantsur: 6/284)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *