Hukum memainkan alat-alat musik menurut para ulama.
وقال ابن قدامة رحمه الله :
” آلَةُ اللَّهْوِ كَالطُّنْبُورِ ، وَالْمِزْمَارِ ، وَالشَّبَّابَةِ … آلَةٌ لِلْمَعْصِيَةِ ، بِالْإِجْمَاعِ ” انتهى من ” المغني ” (9/132) .
Seorang Ulama mazhab Syafi`i, Ibnu Hajar al-Haitsami rohimahulloh berkata dalam kitab “Kaffur Ro`a`i `an Muharromat al-Lahwi was Sima`i” (Hal. 118):
” اَلْأَوْتَارُ وَالْمَعَازِفَ، كَالطُّنْبُوْرِ وَاْلعُوْدِ وَالصَّنْجِ .. وَغَيْرِ ذَلِكَ مِنَ اْلآلَاتِ الْمَشْهُوْرَةِ عِنْدَ أَهْلِ اللَّهْوِ وَالسَّفَاهَةِ وَالفُسُوْقِ، وَهَذِهِ كُلُّهَا مَحَرَّمةٌ بِلَا خِلَافٍ.
Senar-senar dan alat-alat musik seperti kecapi, gitar, as-shonj yaitu yang ada senarnya, rebab, jank (semacam gitar), kamanjah (alat musik yang memiliki kayu berbentuk busr dengan empat senar), sinthir (semacam alat musik yang senarnya dari tembaga), dan dirriij (semacam kecapi), serta alat-alat musik lainnya yang dikenal oleh para pemain dan orang-orang bodoh dan para pelaku kefasikan. Ini semuanya hukumnya haram tanpa ada khilaf (perselisihan)
وَمَنْ حَكَى فِيْهِ خِلَافًا فَقَدْ غَلَطَ أَوْ غَلَبَ عَلَيْهِ هَوَاهُ، حَتَّى أَصَمَّهُ وَأَعْمَاهُ ، وَمَنَعَهُ هُدَاهُ، وَزَلَّ بِهِ عَنْ سُنَنٍ تَقْوَاهُ .
Barang siapa yang menyebutkan adanya khilaf dalam hal ini maka ia telah keliru atau hawa nafsunya telah mendominasinya sehingga membuatnya tuli dan buta serta mencegahnya dari petunjuk dan juga menggelincirkannya dari jalan ketakwaannya
وَمِمَّنْ حَكَى اْلِإجْمَاعَ عَلَى تَحْرِيْمِ ذَلِكَ كُلِّهِ : اَلْإِمَامُ أَبُو اْلعَبَّاسِ اَلْقُرْطُبِي ، وَهُوَ الثِّقَةُ اْلعَدْلُ، فَإِنَّهُ قَالَ كَمَا نَقَلَهُ عَنْ أئمَّتِنَا وَأَقَرُّوْهُ: أمَّا َالمَزَامِيْرُ وَالْكُوْبَةُ فَلَا يُختَلفُ فِي تَحْرِيْمِ سِمَاعِهَا ،
Di antara ulama yang meriwayatkan adanya ijma ulama tentang haramnya alat-alat musik ini adalah:al-Imam Abul ‘Abbas al-Qurthubi. Beliau adalah ulama terpercaya dan bersih. Beliau –seperti yang dinukil dari imam-imam kami dan yang diakui oleh mereka- mengatakan: ‘tentang seruling dan gendang, tidak ada perbedaan pendapat ulama mengharamkan mendengarnya.
وَلَمْ أَسْمَعْ عَنْ أَحَدٍ مِمَّنْ يُعْتَبَرُ قَوْلُهُ مِنَ السَّلَفِ، وَأَئِمَّةِ اْلخَلَفِ مَنْ يُبِيْحُ ذَلِكَ، وَكَيْفَ لَا يُحَرَّمُ وَهُوَ شِعَارُ أَهْلِ اْلخُمُوْرِ وَاْلفُسُوْقِ، وَمُهَيِّجٌ لِلشَّهْوَاتِ وَاْلفَسَادِ وَاْلمَجُوْنِ، وَمَا كَانَ كَذَلِكَ لَمْ يُشَكَّ فِي تَحْرِيْمِهِ وِلَا فِي تَفْسِيْقِ فَاعِلِهِ وَتَأثِيْمِهِ
Aku tidak pernah mendengar ada satu ulama salaf atau kholaf pun yg berpendapat dibolehkannya semua itu. Bagaimana mungkin alat-alat musik itu tidak diharamkan, padahal alat-alat musik itu syiarnya para peminum khomr dan orang-orang fasiq, para pengumbar syahwat, kerusakan dan ketidak normalan. Dengan demikian, tidak ada keraguan sedikitpun tentang haramnya alat-alat musik tersebut dan kefasikan serta berdosa para pelakunya.
وممَّن نقَل الإجماعَ على ذلك أيضًا إمامُ أصحابنا المتأخِّرين أبو الفتح سليم بن أيوب الرازي ، فإنَّه قال فِي ” تقريبه ” بعد أنْ أورد حديثًا فِي تحريم الكُوبَة ، وفي حديث آخَر : أنَّ اللهَ يَغفِرُ لكلِّ مذنبٍ إلا صاحب عَرطَبة أو كُوبةٍ ، والعَرطَبة : العُود ، ومع هذا فإنَّه إجماع ” انتهى من ” كف الرعاع عن محرمات اللهو والسماع ” (ص/118) .
Di antara ulama yang menukil adanya ijma` (kesepatan umum) para ulama tentang haramnya semua ini adalah: Imamnya para ulama madzhab kami di kalangan mutaakhirin yaitu Abul Fath Salim bin Ayyub ar-Rozi. Setelah mengemukakann hadis tentang kubah (yaitu gendang), beliau berkata dalam kitab Taqrib nya: ‘Bahwa Alloh mengampuni setiap orang yang berdosa kecuali pemain arthobah atau gendang. `Arthobah adalah sejenis alat musik gambus. Semua Ini sudah menjadi Ijma”.
Al-Baghowi rohimahulloh dalam kitab “Syarhus Sunnah” (12/383) mengatakan:
” وَاتَّفَقُوا عَلَى تَحْرِيم المزامير والملاهي وَالْمَعَازِف “
“Para ulama sepakat tentang haramnya seruling, alat-alat permainan dan alat-alat musik”.