Bersihkan Hati dan Pakaianmu

Bersihkan Hati dan Pakaianmu – Ibnu Zaid rohimahulloh mengatakan bahwa dahulu orang-orang musyrik tidak pernah membersihkan dirinya. Maka Alloh memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk bersuci dan membersihkan pakaiannya. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir rohimahulloh. Tetapi makna ayat mencakup semua pendapat yang telah disebutkan, di samping juga kebersihan (kesucian) hati. Karena sesungguhnya orang-orang Arab menyebut hati dengan sebutan pakaian.

Alloh Subhanahu wa Taala berfirman:

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ

“Dan Tsiyab-mu bersihkanlah…”. (Qs. Al-Muddatsir [74]: 4)

Dalam Tafsirnya dijelaskan:

قَالَ الْأَجْلَحُ الْكِنْدِيُّ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّهُ أَتَاهُ رَجُلٌ فَسَأَلَهُ عَنْ هَذِهِ الآية: {وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ} قَالَ: لَا تَلْبَسْهَا عَلَى مَعْصِيَةٍ وَلَا عَلَى غَدْرَة. ثُمَّ قَالَ: أَمَا سَمِعْتَ قَوْلَ غَيْلَانَ بْنِ سَلَمَةَ الثَّقَفِيِّ:

فَإني بِحَمْدِ اللَّهِ لَا ثوبَ فَاجر … لبستُ وَلَا مِنْ غَدْرَة أتَقَنَّعُ

Al-Ajlah Al-Kindi mengatakan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa ia pernah kedatangan seorang lelaki, lalu menanyakan kepadanya tentang makna ayat ini, yaitu firman Alloh Subhanahu wa Taala.: وثيابك فطهر  (Al-Muddatstsir: 4)

Ibnu Abbas rodiyallohu anhuma menjawab, “Janganlah kamu mengenakan-nya untuk maksiat dan jangan pula untuk perbuatan khianat.” Kemudian Ibnu Abbas rodiyallohu anhuma mengatakan, “Tidakkah engkau pernah mendengar ucapan Goilan ibnu Salamah At-Saqafi dalam salah satu bait syairnya:

فَإني بِحَمْدِ اللَّهِ لَا ثوبَ فَاجر … لبستُ وَلَا مِنْ غَدْرَة أتَقَنَّعُ

‘Dengan memuji Alloh, sesungguhnya kukenakan pakaianku bukan untuk kedurhakaan, dan bukan pula untuk menutupi perbuatan khianat’. (Bait Syair Dakin bin Roja. Lihat dalam asy-Syiir was Syuaro, Ibnu Qutaibah: 2/612)

وَقَالَ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ [فِي هَذِهِ الْآيَةِ] {وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ} قَالَ: فِي كَلَامِ الْعَرَبِ: نَقِي الثِّيَابِ. وَفِي رِوَايَةٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ: فَطَهِّرْ مِنَ الذُّنُوبِ. وَكَذَا قَالَ إبراهيم، الشعبي، وَعَطَاءٌ.

Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Atho, dari Ibnu Abbas rpdiyallohu `anhuma sehubungan dengan makna ayat ini: وثيابك فطهر (Al-Muddatstsir: 4) dia berkata: bahwa menurut kalam orang-orang Arab, artinya membersihkan pakaian. Tetapi menurut riwayat yang lain dengan sanad yang sama, sucikanlah dirimu dari dosa-dosa.

Hal yang sama dikatakan oleh Ibrohim, Asy-Sya’bi, dan Atho.

وَقَالَ الثَّوْرِيُّ، عَنْ رَجُلٍ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ فِي هَذِهِ الْآيَةِ: {وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ} قَالَ: مِنَ الْإِثْمِ. وَكَذَا قَالَ إِبْرَاهِيمُ النَّخَعِيُّ.

As-Sauri telah meriwayatkan dari seorang lelaki, dari Ata, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: وثيابك فطهر (Al-Muddatstsir: 4) Dari dosa.

Hal yang sama dikatakan oleh Ibrahim An-Nakha’i.

وَقَالَ مُجَاهِدٌ: {وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ} قَالَ: نَفْسَكَ، لَيْسَ ثِيَابَهُ. وَفِي رِوَايَةٍ عَنْهُ: {وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ} عَمَلَكَ فَأَصْلِحْ، وَكَذَا قَالَ أَبُو رَزِين. وَقَالَ فِي رِوَايَةٍ أُخْرَى: {وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ} أَيْ: لَسْتَ بِكَاهِنٍ وَلَا سَاحِرٍ، فَأَعْرِضْ عَمَّا قَالُوا.

Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: وثيابك فطهر (Al-Muddatstsir: 4) yaitu dirimu, bukan pakaianmu.

Hal yang sama dikatakan oleh Abu Razin; dan menurut riwayat yang lain, makna firman-Nya: وثيابك فطهر (Al-Muddatstsir: 4) yaitu kamu bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula seorang penyair, maka jangan pedulikan apa yang mereka katakan.

وَقَالَ قَتَادَةُ: {وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ} أَيْ: طَهِّرْهَا مِنَ الْمَعَاصِي، وَكَانَتِ الْعَرَبُ تُسَمِّي الرَّجُلَ إِذَا نَكَثَ وَلَمْ يَفِ بِعَهْدِ اللَّهِ إِنَّهُ لَمُدنَس الثِّيَابِ. وَإِذَا وَفَّى وَأَصْلَحَ: إِنَّهُ لَمُطَهَّرُ الثِّيَابِ.

Qotadah rohimahulloh  telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ (Al-Muddatstsir: 4) Yaitu bersihkanlah dari perbuatan-perbuatan durhaka; dahulu orang-orang Arab mengatakan terhadap seorang lelaki yang melanggar janjinya dan tidak memenuhinya, bahwa dia adalah seorang yang kotor pakaiannya. Dan apabila dia menunaikan janjinya, maka dikatakan bahwa sesungguhnya dia benar-benar orang yang bersih pakaiannya.

(Tafsir Ibnu Katsir: 8/263, Tafsir at-Thobari: 29/91)

وَقَالَ عِكْرِمَةُ، وَالضَّحَّاكُ: لَا تَلْبِسْهَا عَلَى مَعْصِيَةٍ.

Ikrimah dan Ad-Dohhak rohimahumulloh mengatakan, bahwa janganlah kamu mengenakannya untuk berbuat maksiat.

وَقَالَ الْعَوْفِيُّ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: {وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ} [يَعْنِي] لَا تَكُ ثِيَابُكَ الَّتِي تَلْبَسُ مِنْ مَكْسَبٍ غَيْرِ طَائِبٍ، وَيُقَالُ: لَا تَلْبَسْ ثِيَابَكَ عَلَى مَعْصِيَةٍ. وَقَالَ مُحَمَّدُ بْنُ سِيرِينَ: {وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ} أَيِ: اغْسِلْهَا بِالْمَاءِ.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas rodiyallohu `anhuma sehubungan dengan makna firman-Nya: وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ (Al-Muddatstsir: 4) Maksudnya, janganlah pakaian yang kamu kenakan dihasilkan dari mata pencaharian yang tidak baik. Dikatakan pula, “Janganlah kamu kenakan pakaianmu untuk maksiat.”

Muhammad ibnu Sirin telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ (Al-Muddatstsir: 4) Yakni cucilah dengan air.

وَقَالَ ابْنُ زَيْدٍ: كَانَ الْمُشْرِكُونَ لَا يَتَطَهَّرُونَ، فَأَمَرَهُ اللَّهُ أَنْ يَتَطَهَّرَ، وَأَنْ يُطَهِّرَ ثِيَابَهُ.

وَهَذَا الْقَوْلُ اخْتَارَهُ ابْنُ جَرِيرٍ، وَقَدْ تَشْمَلُ الْآيَةُ جَمِيعَ ذَلِكَ مَعَ طَهَارَةِ الْقَلْبِ، فَإِنَّ الْعَرَبَ تُطْلِقُ الثِّيَابَ عَلَيْهِ

Ibnu Zaid rohimahulloh mengatakan bahwa dahulu orang-orang musyrik tidak pernah membersihkan dirinya. Maka Alloh memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk bersuci dan membersihkan pakaiannya. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir rohimahulloh. Tetapi makna ayat mencakup semua pendapat yang telah disebutkan, di samping juga kebersihan (kesucian) hati. Karena sesungguhnya orang-orang Arab menyebut hati dengan sebutan pakaian.

وَقَالَ سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ: {وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ} وَقَلْبَكَ ونيتك فطهر.

وَقَالَ مُحَمَّدُ بْنُ كَعْبٍ الْقُرَظِيُّ، وَالْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ: وخُلقَك فَحسّن.

Sa’id ibnu Jubair rohimahulloh mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ (Al-Muddatstsir: 4) Artinya. bersihkanlah hati dan niatmu.

Dan Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurozi dan Al-Hasan Al-Basri rohimahumalloh telah mengatakan bahwa perindahlah akhlakmu

(Tafsir Ibnu Katsir: 8/263, Tafsir at-Thobari: 29/91)